Rabu, 22 Juni 2011

I'm Fight Against The Garbages.

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (13: 11)


Ya, kita selalu tahu kita bisa melakukan segala sesuatu lebih baik dari orang lain yang kita lihat.

Setiap hari ketika saya mengendarai motor, ketika di perempatan lampu merah dimana saja, saya sering melihat orang-orang membuang sampah-sampha kecil dari kendaraannya. Entah itu plastik, kertas, bahkan puntung rokok yang mereka baru saja selesai hisap. Dan mereka membuang itu seenaknya di jalanan yang sedang mereka lalui.

Saya sendiri kadang masih suka melakukan hal seperti itu, saya akui. Tapi saya kadang berfikir, kenapa harus jalanan? Kenapa harus dibuang sembarangan? Apa mobil dan saku mereka terlalu bagus untuk dijadikan tempat sampah sementara sampai mereka menemukan tempat sampah yang memang benar-benar layak untuk sampah itu sendiri. Sementara isu Global Warming yang semakin merebak, hanya jadi perhatian sesaat bagi setiap individu yang saya lihat.

Ketika kita sibuk menggerutu tentang kenapa sampah semakin menumpuk, tidak asrinya kota karena sampah, banjir yang datang membarengi setiap musim hujan. Kita juga asik sendiri membuang sampah yang kita punya di jalanan, sungguh ironis. Saya fikir, ketika kita tidak bisa merubah sesuatu dalam skala besar, kenapa kita tidak merubah sesuatu itu dari skala kecil terlebih dahulu? Karena saya merasa, semua hal besar itu bermula dari yang kecil terlebih dahulu. Ketika kita harus mendengarkan kampanye tentang kebersihan yang membosankan, saya rasa kita hanya harus mulai membuang sampah pada tempatnya, itu saja.

Mulai saja dari diri sendiri,hal baik tidak akan menunggu untuk menyadarkan kita karena kita sendiri yang harussadar akan hal itu.
Sayangi bumi kita, jangan biarkan semakin terhimpit oleh hal-hal yang tidak perlu. Kampanye kebersihan hanya menjadi omong kosong segelintir orang tanpa ada yang dilakukan.








Bandung, Juni 2011
Naufal Nurfahmi

Senin, 13 Juni 2011

[REPOST] Manunggaling Kawula Gusti





Tuhan...
kita begitu dekat
Engkau dan aku tak ada jarak
aku adalah Engkau
dan Engkau adalah aku

sungguh...
ketika aku merajut malam
Engkau gelapkan dunia
ketika kupandang bintang
Engkau pantulkan cahaya

jika berdosa aku
Engkau yang cipta
jika berpahala aku
Engkau yang mau
jika menangis aku
Engkau adalah kesedihan
jika tertawa aku
Engkau-lah bahagia ku


Tuhan...
kita satu semua
Engkau adalah aku
dan aku adalah Engkau




-Manunggaling Kawula Gusti-
; Syekh Siti Jenar








Bandung, Oktober 2010
Naufal Nurfahmi

Senin, 30 Mei 2011

Aku dan Tuhan

aku memelukMu dalam gelap
memajangMu dalam hati
tidur bersamaMu hingga ke mimpi

tapi tetap saja
engkau tak pernah aku miliki






Bandung, Mei 2011
Naufal Nurfahmi

Senin, 23 Mei 2011

Hedonism Since We Are Child

Hedonism Since We Are Child
Oleh: Naufal Nurfahmi 

Kata teman saya, kita itu sudah diajarkan menjadi seorang hedon semenjak kita kecil. Bercandanya dia adalah dengan kalimat “waktu SD saja kita disuguhi kalimat ‘Ibu pergi ke pasar untuk membeli sayur’ lihat kan? Itu membeli, bukan menjual. Tak heran jika kemudian mindset kita hanya terpatok untuk membeli sesuatu, bukan menjualnya.” (mengutip perkataan Bob Sadino) Begitulah kira-kira teman saya menggerutu tentang keadaan masyarakat muda di negara ini waktu itu.

Beberapa waktu berselang, hingga akhirnya saya tercengang mendengar salah satu teman saya yang masih duduk di bangku SMA berkata “tahun ini sekolahku mengadakan Study Tour ke Bali dan biaya yang diperlukan adalah (sekian) ratus ribu rupiah.” Jujur, saya kaget bukan kepalang. Maksud saya adalah, kenapa harus Bali? Dan juga dengan biaya yang amat sangat berbeda jauh dengan destinasi yang biasanya (D.I.Yogyakarta). Dari dulu saya selalu berfikir, apa benar ketika kita menjalani apa yang disebut pihak sekolah sebagai Study Tour itu adalah sebuah perjalanan yang memberi pelajaran atau hanya liburan yang dipercepat saja. Dengan segala tugas laporan yang biasanya diberikan oleh guru mata pelajaran pada siswa saat melakukan kegiatan ini, dan kewajiban untuk mengumpulkan dengan deadline yang ditetapkan oleh guru yang bersangkutan. Tapi kenyataannya? Masih banyak siswa yang berlenggak dengan tenang ketika mereka tidak mengerjakan tugas laporan itu dan tidak pernah ada sangsi yang jelas terhadap siswa tersebut. Sebenarnya saya hanya berfikir, apa benar ketika kita mengadakan kegiatan Study Tour adalah untuk belajar? Saya kira hanya untuk berjalan-jalan saja dan disini kami sebagai murid ditempatkan sebagai sebuah alat fasilitator dalam perjalanan para guru mata pelajaran yang bersangkutan. Sungguh menyedihkan bagi saya pribadi, ketika tujuan Study Tour yang sebenarnya untuk destinasi yang biasanya (D.I.Yogyakarta) dengan biaya dan segala hal yang lebih ringan masih belum tercapai secara jelas dan optimal. Kini kita harus diajarkan untuk lebih menjadi seorang hedonis muda, dengan digantikannya tujuan karya wiasata tadi menjadi Bali, yang otomatis memberikan beban lebih bagi para siswa dalam hal finansial yang dikeluarkan. Dan tentu, dengan tujuan yang semakin tidak jelas untuk setiap kegiatan yang dilakukan dalam acara tersebut.

Hari Minggu kemarin, sebenarnya saya juga baru saja kembali dari apa yanng dinamakan Field Study dengan tujuan D.I.Yogyakarta. Jujur saya masih bingung dengan studi apa yang sebenarnya telah saya lakukan kesana? Dengan acara utama yang di-cancel  karena telat, dan dengan diberhentikannya bis di setiap tempat pembelian oleh-oleh khas dari Yogya. Saya masih tidak tahu apa yang telah saya pelajari dari sana selain mengajarkan untuk ‘bawalah uang sebanyak mungkin saat Anda bepergian keluar kota. Karena disana kita hanya akan pergi berbelanja.’




Bandung, Mei 2011

Minggu, 22 Mei 2011

Surat Buat Iyang (9)

peluklah aku
selagi kupandangi malam yang sunyi
seperti sebelum kita memudar
dalam malam, dalam ingatan
aku dan engkau

bintang bintang yang telanjang
langit bergemuruh angin,aku
merindukan setiap jengkalmu
untuk hadir menemaniku

aku bawkan cincin bulan sayang
Jogja menangis, kubawa perisai mereka
tak ada bulan sekarang disana
meringkuk, kubawa untukmu

hilang, aku membawa malam ini sendirian
kupangku bulan,kubawa pulang
semoga kau tak hanya diam







Bandung, Mei 2011
Naufal Nurfahmi

Rabu, 18 Mei 2011

Doa

sepi...
seperti sebelumnya
kubalut malam, dengan
tangan-tangan rapuhku
kutuliskan namaMu di langit
menggumpal! seperti darah kemarin sore;
saudarku yang mati ditusuk amarah
kubuka satu jaitannya, kuhisap
kubuang! memoriku padam
aku, sendirian sekarang

Tuhan, ampuni mereka
aku jua. seperti sebelumnya;




Bandung, Mei 2011
Naufal Nurfahmi

*kepada para korban kekerasan atas nama agama.

Terima Kasih, Anjing! (REPOST)

anjing babi bangsat biadab setan sampah iblis laknat !!!
hidup kami memang terancam di pulau kecil ini
hidup yang nyaman memang berada di gedung parlementer

terima kasih telah mengingatkan
anjing babi bangsat biadab setan sampah iblis laknat !!!






Bandung, Oktober 2010
Naufal Nurfahmi